Selasa, 24 Juni 2014

TUGAS 9

Judul :  Learning And Teaching Styles In Engineering Education
                         PenulisRichard M. Felder

Teaching methods also vary. Some instructors lecture, others demonstrate or discuss; some focus on principles and others on applications; some emphasize memory and others understanding. How much a given student learns in a class is governed in part by that student’s native ability and prior preparation but also by the compatibility of his or her learning style and the instructor’s teaching style.

Dimensions of Learning Style
The processing step may involve simple memorization or inductive or deductive reasoning, reflection or action, and introspection or interaction with others. The outcome is that the material is either “learned” in one sense or another or not learned.

Models of Learning
& Teaching

A student’s learning style may be defined in large part by the answers tofive questions:
1)      What type of information does the student preferentially perceive:sensory (external) sights, sounds, physical sensations, or intuitive (intern al)possibilities, insights, hunches.
2)      What type of information does the student preferentially perceive:sensory (external) sights, sounds, physical sensations, or intuitive (intern al)possibilities, insights, hunches.
3)      Through which sensory channel is external information most effectivelyperceived: visual pictures, diagrams, graphs, demonstrations, or auditory words, sounds (Other sensory channels touch, taste, and smell are relatively unimportant in most educational environments and will not be considered here.
4)      With which organization of information is the student most comfortable: inductive facts and observations are given, underlying principles are inferred, or deductive principles are given, consequences and applications are deduced.
5)      How does the student prefer to process information: actively through engagement in physical activity or discussion, or reflectively through Introspection.
6)      How does the student progress toward understanding: sequentially—in continual steps, or globally—in large jumps, holistically.


Teaching style may also be defined in terms of the answers to five
Questions :
1.      What type of information is emphasized by the instructor: concrete factual, or abstract conceptual, theoretical.
2.      What mode of presentation is stressed: visual—pictures, diagrams,films,demonstrations, or verbal lectures, readings, discussions.
3.      How is the presentation organized: inductively—phenomena leading toprinciples, or deductively principles leading to phenomena.
4.      What mode of student participation is facilitated by the presentation: active students talk, move, reflect, or passive students watch and listen.
5.      What type of perspective is provided on the information presented: sequential step-by-step.

Inductive and Deductive
Learners
Induction is a reasoning progression that proceeds from particulars (observations, measurements, data) togeneralities (governing rules, laws, theories).
Induction is the natural human learning style. Babies do not come into life with a set of general principles but rather observe the world around them and draw inferences: “If I throw my bottle and scream loudly, someone eventually shows up.”

much in situations that requirethem to be passive, and reflective
learners do not learn much insituations that provide no opportunity to think about the
information being presented.

Perhaps most important, some homework problems should be assigned that present phenomena and ask for the underlying rules. Such problems play to the inductive learners strength and they also help deductive learners develop facility with their lesspreferred learning mode. Several such exercises have been suggested for different branches of engineering.


Active and Reflective Learners

The complex mental processes by which perceived information is converted into knowledge can be conveniently grouped into two categories: active experimentation and reflective observation. 3 Active experimentation involves doing something in the external world with the information discussing it or explaining it or testing it in some way and reflective observation involves examining and manipulating the information introspectively.
Learning styles of most engineering students and teaching styles of most engineering professors are incompatible in several dimensions.

TUGAS 9 (Jenis Metode Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa)

TUGAS 9


                   Judul :  Jenis Metode Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
      Penulis :  Urip Widodo


B
elajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Pembelajaran yang baik ditandai adanya rangkaian kegiatan terencana yang melibatkan siswa secara langsung, komprehensif baik fisik, mental maupun emosi. Hal ini dapat membantu guru
dalam menggerakkan dan menjelaskan gambaran ide dari suatu materi.

Metode Pembelajaran

Menurut Roestiyah N.K. (2001: 1), metode mengajar diartikan juga sebagai teknik guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami, dan digunakan oleh siswa dengan baik. Menurut Made Wena (2011: 2), strategi atau metode pembelajaran berarti cara atau seni untuk menggunakan semua sumber belajar dalam upaya pembelajaran siswa. Metode pembelajaran yang ditetapkan guru sebaiknya memungkinkan siswa banyak belajar melalui proses (learning by process), bukan hanya belajar produk (learning by product).  Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektifitas dan efisiensi pembelajaran.

Pembelajaran Kolaboratif

Langkah-langkah dalam penerapan Metode Pembelajaran Kolaboratif menurut Barkley, Cross dan Major (2012: 45-140) terdiri dari lima langkah, yaitu a) mengorientasikan siswa; b) membentuk kelompok belajar; c) menyusun tugas pembelajaran; d) memfasilitasi kolaborasi siswa; dan e) memberi nilai dan mengevaluasi pembelajaran kolaboratif yang telah dilaksanakan.
pembelajaran kolaboratif adalah pembelajaran yang melibatkan siswa dalam suatu kelompok untuk membangun pengetahuan dan mencapai tujuan pembelajaran bersama melalui interaksi sosial di bawah bimbingan pendidik baik di dalam maupun di luar kelas, sehingga terjadi pembelajaran yang penuh makna dan siswa akan saling menghargai kontribusi semua anggota kelompok.

Prestasi Belajar
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, Prestasi berarti hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya (Meity Taqdir Qodratillah dkk., 2008: 1213). Menurut Hamdani (2011: 138-139), prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas. Adapun belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu, yaitu perubahan tingkah laku.  Belajar menurut Winkel (1996: 53-55), adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pemahaman, ketrampilan dan sikap. Proses belajar dapat berlangsung dengan penuh kesadaran, dapat juga tidak demikian. Sri Rumini, dkk. (1991: 59), menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang relatif menetap, baik yang dapat diamati maupun tidak dapat diamati secara langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan.
Quantum Learning
Quantum Learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif di sekolah dan bisnis untuk semua tipe orang dan segala usia. Quantum Learning pertama kali digunakan di Supercamp. Belajar dengan menggunakan quantum learning akan didapatkan berbagai manfaat yaitu: 1. Bersikap positif. 2. Meningkatkan motivasi. 3. Keterampilan belajar seumur hidup. 4. Kepercayaan diri. 5. Sukses atau hasil belajar yang meningkat.

Kelebihan Metode Demonstrasi :
a.       Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.
b.      Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c.       Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.

Kelemahan metode Demonstrasi :
a.       Siswa kadang kala sukar melihat dengan jelas benda yang diperagakan.
b.      Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.
c.       Sukar dimengerti jika didemonstrasikan oleh pengajar yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan.

Peta Pikiran
Buzan (1993) mengemukakan bahwa otak manusia bekerja mengolah informasi melalui mengamati, membaca, atau mendengar tentang sesuatu hal  berbentuk hubungan fungsional antar bagian (konsep, kata kunci), tidak parsial terpisah satu sama lain dan tidak pula dalam bentuk narasi kalimat lengkap. Dalam bidang studi keahlian anda, misalnya ambil satu materi dalam pelajaran Matematika, Akuntansi, Agama, atau yang lainnya. Silakan buat (tulis-gambar) peta pikiran yang terlintas kemudian narasikan secara lisan. Tulisan atau gambar peta pikiran tersebut dinamakan dengan peta konsep (concept map).
Buzan mengemukakan bahwa cara belajar siswa yang alami (natural) adalah sesuai dengan cara kerja otak seperti di atas berupa pikiran. Yang produknya berupa peta konsep. Dengan demikian belajar akan efektif dengan cara membuat catatan kreatif  yang merupakan peta konsep, sehingga setiap konsep utama yang dipelajari semuanya teridentifikasi tidak ada yang terlewat dan kaitan fungsionalnya jelas, Belajar dengan menghafalkan kalimat lengkap tidak akan efektif, di samping bahasa yang digunakan menggunakan gaya bahasa penulis.

TUGAS 8 (Pengembangan Model Pembelajaran Inovatif Melalui Pendekatan In House Training Berbasis Kearifan Budaya).

Tugas 8

Judul : Pengembangan Model Pembelajaran Inovatif Melalui Pendekatan In House Training Berbasis Kearifan Budaya.

PenulisMuniroh Munawar, Agung Prasetyo, Ratna Wahyu Pusari

Pengertian Pembelajaran
P
embelajaran adalah proses interaksi anak didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Depdiknas – UU Sisdiknas, 2003: 4). Dari definisi tersebut, jika dihubungkan dengan pendidikan usia dini maka kita dapat mengatakan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi anak usia dini dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar untuk membantu membimbing anak belajar dengan baik sesuai dengan tahap perkembangnnya sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku menjadi lebih baik.
Pembelajaran Inovatif Di PAUD
Pembelajaran inovatif menghindari pembelajaran konvensional yang masih seringkali terjadi pada praktik pembelajaran di sekolah, dimana guru masih mendominasi atau sebagai pusat dari kegiatan belajar mengajar. Akan tetapi, pembelajaran inovatif mendukung terciptanya kelas yang berpusat pada anak. ada empat model pembelajaran.
Pembelajaran inovatif di Paud memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut :
1.      Inovatif pada materi / kegiatan
Perencanaan adalah bagian penting dari penyusunan dan implementasi kurikulum. Penguasaan guru paud dalam perencanaan (program semester, rencana mingguan, dan rencana harian) sangat berpengaruh dalam menentukan materi / kegiatan yang sesuai dengan perkembangan anak. Oleh karena itu, agar guru dapat merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang kreatif dan inovatif serta menarik dan menyenangkan anak, maka pemilihan materi atau kegiatan harus berdasarkan: (1) kesesuaian individu yaitu pengamatan terhadap kemampuan/perkembangan anak (baik minat, kelebihan, kebutuhan, karakteristik, kepentingan dan situasi masing-masing anak didik), (2) kesesuaian usia yaitu pengetahuan umum guru tentang anak dan perkembangannya.
perkembangannya.
2.       Inovatif pada metode
Metode merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan. Setiap guru akan menggunakan metode sesuai dengan kegiatan. Inovatif pada metode pembelajaran tampak pada pemilihan metodologi yang sesuai dengan perkembangan anak dimana kegiatan-kegiatan mengacu pada minat anak, tingkat perkembangan kognitif dan kematangan sosial dan emosional.
Konteks Belajar
Masyarakat belajar. Masyarakat belajar menolak fragmentasi dan kompetisi individual, dan menempatkan siswa belajar lebih kolaboratif. Kolaboratif. Kelas kolaboratif, sekolah,
dan masyarakat mendorong semua
siswa mengajukan pertanyaan, menemukan masalah, berbicara atau mengajukan pendapat pada saat yang tepat, partisipasi dalam pengukuran dan dalam penyusunan tujuan, standar, dan benchmarks; melakukan
perbicangan dengan orang dewasa tentang hal-hal yang berhubungan dengan tempat kerja di dalam maupun di luar sekolah; dan engaged dalam kegiatan kewirausahaan. Empatetik. Menelusuri masyarakat belajar untuk strategi membangun belajar semua anggota. Strategi ini secara khusus penting bagi sistuasi belajar di mana anggota memiliki pengetahuan dasar yang berbeda-beda.

Pola Pengelompokan
Cara pengelompokan belajar pun
menggunakan beberapa prinsip, yaitu
heterogen, fleksibel, dan adil (equitable). Kelompok heterogen meliputi pria-wanita, dan campuran kultur, gaya belajar, kemampuan,
status ekonomi, dan usia.
 Peranan Guru
Perubahan mendasar dalam paradigmabaru ini adalah mengenai peranan guru.
Dalam kelas kolaboratif, guru
harus bertindak sebagai pembimbing
suatu peran yang kompleks yang menyatukanperan sebagai penggubah kelas,mediator, model, dan sebagai pelatih.Ketika siswa belajar, guru harus berperansebagai pengatur level informasi danmendorong sesuai dengan kebutuhan siswa,dan membantu siswa menghubungkaninformasi baru dengan pengetahuanawal mereka, memperbaiki strategi pemecahanmasalah mereka, dan membimbingbelajar bagaimana belajar. Sebagai partner belajar/kolaborator, gurudan siswa berpartisipasi dalam kegiataninvestigasi bersama.
Peranan Siswa
siswa berperan sebagai
peneliti, pemagang, dan pembangun pengetahuandan keterampilan.
Sebagai peneliti, siswa meneliti konsepdan menghubungkan dan mengaplikasikanketerampilan dengan berinteraksidengan dunia fisik, material, teknologi,dan orang lain.
Sebagai pemagang kognitif, siswa magang kognitif ketikamereka melakukan observasi, menerapkandan menghaluskan kognitifnya melaluiproses berpikir bersama-sama denganpraktisi dunia nyata.
Sebagai penghasil pengetahuan, siswa menghasilkan produk bagi dirinyasendiri dan masyarakat mereka berupasintesis pengetahuan dan keterampilan.


Minggu, 08 Juni 2014

TUGAS 6 ( Learning with technology – evidence that technology can, and does, support learning)



TUGAS 6

Judul :  Learning with technology – evidence that     technology can, and does, support learning
            PenulisJames M. Marshall, Ph. D




Highlights dalam Evolusi Teknologi Pendidikan
Media adalah pesan. Marshall McLuhan, 1964 “Istilah "teknologi pendidikan" sering mengingatkan hard teknologi yang nyata "barang" - digunakan untuk mengajar dan konten presentasi - dengan kata lain, medium. . Perangkat ini memiliki sejarah yang kaya; pengembangan dan evolusi mereka ke dalam abad ke-21 yang diselingi dengan aplikasi untuk upaya pembelajaran tradisional dan non-tradisional.
Kelahiran Technology-Based Learning: Turn-of-the-Century Media Centers
Dalam beberapa kasus, pembelajaran berbasis teknologi memasuki lembaga pendidikan melalui "museum sekolah." Pelopor ini ke media center sekolah saat ini menjabat sebagai repositori untuk visual yang instruksi-tion. Mereka membagi-bagikan pameran portable museum, stere-ographs, slide, film, cetakan studi, grafik, dan bahan-bahan lain yang dirancang untuk meningkatkan instruksi (Saettler, 1968). Meskipun visi Edison untuk perubahan dramatis tidak terjadi, instruksi kursus visual yang memang menjadi praktik umum di 20 lembaga guru-train-ing yang berbeda.
 Teknologi Perang Dunia II menyodorkan Pendidikan Maju
Divisi Visual Aids untuk Pelatihan Perang di Kantor Pendidikan Amerika Serikat naik untuk memenuhi tantangan Perang Dunia II ini. Divisi ini dirancang dan diproduksi 457 gambar suara-motion, 457 manual instruktur, dan 432 filmstrips diam (Saettler, 1968). Upaya pelatihan ini membuktikan bahwa teknologi bisa mengajarkan-fakta bergema oleh pasukan musuh yang datang untuk menghormati kekuatan pelatihan berbasis teknologi. Kami memiliki segala sesuatu dihitung dengan sempurna kecuali kecepatan yang Amerika bisa melatih orang-orangnya. Salah perhitungan utama kami berada di meremehkan cepat dan lengkap mas-tery mereka pendidikan Film (dikutip dalam Olsen dan Bass, 1982, hal. 33).”
Dari Instructional Television Televisi Pendidikan
Dengan 1950 datang peningkatan minat televisi sebagai alat untuk belajar. Dua faktor yang mempengaruhi peningkatan ini: (1) kelahiran stasiun televisi pendidikan dan (2) dana yang signifikan untuk televisi pendidikan yang disediakan oleh Ford Foundation. Peran mengajar telah dianggap berasal dari penyiaran publik sejak asal-usulnya. Terutama sebelum tahun 1960-an, siaran pendidikan dipandang sebagai cara cepat, efisien, murah dari memuaskan-ing kebutuhan instruksional bangsa (hal. 173).
Dengan Internet datang dalam jumlah terbatas konten dan tuntutan baru pada guru. Jika guru yang menggunakan Internet untuk belajar, mereka perlu mengambil peran aktif dalam mengorganisir berbasis teknologi pembelajaran, bukan hanya duduk kembali dan membiarkan pengguna komputer perangkat lunak pendidikan menghibur. Resistensi Guru penggunaan teknologi telah mempengaruhi teknologi berbasis-nology pembelajaran, dan dirancang dengan baik, konten teknologi yang disampaikan tetap tidak terpakai. Thomas Edison meramalkan buku akan menjadi usang di sekolah-sekolah dan film akan menjadi media mengajar-ing disukai.
            Sejarah ini memberikan bukti bahwa belajar dapat hasil dari penggunaan teknologi pendidikan. Penggunaan awal ini "alat pembelajaran" memberikan hasil yang nyata dan mendorong minat dalam meningkatkan potensi belajar-ing oleh teknologi.
Proses Belajar: Sebuah Pembelajaran Primer
E.B. Putih 1938
Gangguan tak tertahankan atau menyimpan cahaya? Meskipun E.B. Putih mungkin tidak pernah membayangkan televisi masuk-ing kelas kami untuk mendidik, permintaan pendidik tentang penggunaan kelas teknologi dan Anda akan menemukan bukti untuk mendukung salah satu dari pernyataan White. Pendidik yang memegang keyakinan bahwa teknologi dukungan port digunakan belajar teknologi pendidikan. Mereka yang tidak memiliki keyakinan tersebut dapat menganggapnya sebagai tak tertahankan gangguan-Bance.
           
Marilee Sprenger (1999), dalam bukunya Belajar dan Memory: The Brain in Action, menjelaskan proses ini dengan membandingkannya dengan membuat jalan di hutan. "Pertama kali Anda membuat jalan, itu adalah kasar dan ditumbuhi. Lain kali Anda menggunakannya, lebih mudah untuk melakukan perjalanan karena sebelumnya Anda telah berjalan gulma dan memindahkan rintangan.
 Perubahan Otak Diminta oleh Belajar Lingkungan
Belajar mengubah otak anatomis; dengan masing-masing stimulasi baru, pengalaman, dan perilaku, dapat rewire sendiri. Penelitian Diamond menyoroti pentingnya pelajar berinteraksi dengan lingkungan nya untuk mencapai tujuan belajar sesuatu yang baru. Kebutuhan yang tepat, lingkungan yang efektif dalam berbagai bentuk, ukuran, dan bentuk melekat. William Greenough telah mempelajari efek memperkaya dan merangsang lingkungan pada otak manusia pembangunan selama lebih dari 20 tahun (Jensen, 1998). Penelitiannya mengidentifikasi dua atribut penting dari lingkungan belajar yang diperkaya. Otak terus-menerus bekerja untuk membuat asosiasi-ciations antara pengetahuan yang ada dan informasi baru yang diterimanya.
Teknologi pendidikan dapat menggunakan berbagai pendekatan untuk mendukung proses pembelajaran ini.
Menyajikan informasi dalam beberapa modalitas (audio, visual, tekstual) dapat meningkatkan kemungkinan bahwa belajar akan terjadi. melihat Aktif media oleh anak-anak tidak respon sederhana namun adalah, aktivitas kognitif yang kompleks yang mengembangkan dan matang dengan perkembangan anak untuk meningkatkan pembelajaran. Kemampuan media untuk terlibat pelajar, mengaktifkan kondisi emosional, memulai minat dalam topik, dan memungkinkan untuk penyerapan dan pengolahan informasi berbagi hubungan langsung dengan.
Penelitian Berbasis Bukti Belajar dengan Teknologi Pendidikan
B. F. Skinner, 1964
Penelitian evaluasi teknologi dan pembelajaran memiliki sejarah panjang. Studi ini mengaitkan film-ty abili untuk mendidik dengan kombinasi menyebutkan statusnya-hubungan penting yang melekat dalam medium: variasi luas dalam konten, mencengkeram teknik narasi, dan banding ke motif dasar manusia dan keinginan.
Reiser, Williamson, dan Suzuki (1984)
Menunjukkan bahwa pembelajaran kognitif meningkat ketika orang dewasa yang menonton Sesame Street dengan anak-anak bertanya kepada mereka pertanyaan tentang huruf dan angka dan memberikan umpan balik.
Beras, Huston, Truglio, dan Wright (1990)
Melakukan studi longitudinal dua tahun dari 326 anak-anak dan keluarga mereka, yang mempelajari akuisisi vocabu-lary kalangan anak-anak berusia 3 sampai 7 tahun; mereka menemukan bahwa untuk anak usia 3 sampai 3,5, menonton Sesame Street adalah prediktor signifikan dari nilai vocab-ulary dicapai ketika mencapai usia 5.
Wright, Huston, dan Kotler (2001)
Tiga tahun studi longitudinal menemukan bahwa melihat Sesame Street adalah positif berhubungan dengan kinerja berturut-turut pada quent dalam membaca, matematika, kosa kata, dan kesiapan sekolah.
Zill (2001)
Hasil dari survei nasional menemukan cor-hubungan yang signifikan antara Sesame Street melihat dan kemampuan anak-anak prasekolah 'untuk mengenali huruf dan menceritakan kisah-kisah yang terhubung ketika pura-pura membaca.

Coley (1997) menemukan bahwa siswa ACOT menunjukkan peningkatan kehadiran di sekolah, penurunan angka putus sekolah, dan peningkatan nuansa-temuan kemerdekaan dan tanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri.










TIK TUGAS 5 (Communication, Affect and Learning in the Classroom)

BAB I

MENGAJAR SEBAGAI PROSES KOMUNIKASI


Tujuan :

1 . Menyediakan dan menjelaskan definisi komunikasi manusia yang digunakan dalam buku teks .

2 . Menyediakan dan menjelaskan definisi pembelajaran yang digunakan dalam buku teks.

3 . Menyediakan dan menjelaskan definisi komunikasi instruksional yang digunakan dalam buku teks .

4 . Mengidentifikasi dan menentukan tiga domain pembelajaran . Memberikan contoh pesan komunikasi dalam setiap domain .

5 . Gambarkan Komunikasi Model Instruksional ( ICM ) dan General Model Kibler untuk Instruksi . Label dan menjelaskan setiap komponen dari kedua model . Bagaimana model yang sama ? Bagaimana model yang berbeda ?

6 . Mampu menjelaskan model ADDIE dari pembelajaran desain sistem .

Mengajar adalah tentang membangun hubungan komunikasi yang efektif dan afektif dengan siswa Anda . Guru yang efektif adalah komunikator yang efektif . Komunikasi instruksional didefinisikan sebagai proses guru membangun hubungan komunikasi yang efektif dan afektif dengan pelajar sehingga pelajar memiliki kesempatan untuk mencapai keberhasilan yang optimal dalam lingkungan pembelajaran . Mengajar adalah tentang hubungan dengan siswa dan tentang prestasi siswa . Jika Anda bertanya kepada mereka apa yang dapat paling efektif mengubah hari yang buruk menjadi baik , mereka akan memberitahu Anda itu adalah saat ketika " bola lampu " berlangsung, ketika semuanya datang bersama-sama dan wajah siswa menyala dengan kesadaran bahwa ia atau dia mengerti .
pemahaman siswa dimaksimalkan , dan bagaimana guru dan siswa membiarkan satu sama lain tahu bagaimana mereka lakukan . Membangun hubungan komunikasi afektif berarti berfokus pada bagaimana guru dan siswa merasa tentang satu sama lain , tentang proses komunikasi , dan tentang apa yang diajarkan dan dipelajari .

Proses Instruksional Komunikasi
               Komunikasi instruksional adalah proses di mana guru memilih dan mengatur apa siswa belajar ( konten ) , memutuskan bagaimana cara terbaik untuk membantu mereka belajar ( strategi pembelajaran ) , dan menentukan bagaimana keberhasilan dalam belajar akan ditentukan dan bagaimana siswa ' kemajuan akan dikomunikasikan oleh dan kepada mereka ( evaluasi / umpan balik ) .Ada interaksi yang dinamis antara berbagai elemen dari proses - apa yang bekerja untuk satu guru , dengan satu kelompok siswa mungkin tidak menjadi pilihan yang paling efektif untuk guru lain dengan siswa yang berbeda.
Tingkat tertinggi dari Learning
1 ) Evaluasi Menilai , menilai , atau menilai nilai informasi berdasarkan
pengetahuan dan bukan pendapat .
2 ) Sintesis Perakitan keseluruhan baru dari bagian-bagian pengetahuan yang ada .
3 ) Analisis Menganalisis , membandingkan , mempertanyakan , atau membongkar pengetahuan.
4 ) Aplikasi Menggunakan , menunjukkan , atau menerapkan apa yang telah sebelumnya
belajar dalam situasi baru .
5 ) Pemahaman Memahami dan menjelaskan pesan yang dikirim menggunakan sendiri seseorang
kata-kata .
6 ) Pengetahuan Ingat / mengingat / mendefinisikan istilah , fakta , dll ...
Tingkat terendah dari Learning.

Model Kibler tentang Instruksi

                 Robert Kibler , salah satu spesialis pertama dalam komunikasi instruksional , dan rekan-rekannya mengusulkan sebuah model komunikasi berorientasi instruksi didasarkan pada empat elemen : Tujuan Instruksional , pra-penilaian , Prosedur Instruksi , dan Evaluasi. Tujuan instruksional : Mereka mulai dengan hati-hati dan jelas menentukan tujuan mereka sebagai tujuan instruksional , tugas yang dibahas di tempat lain dalam buku ini . Dengan demikian , mereka menganggap apa yang siswa dapat lakukan sebelum unit.

kesimpulan

                Bab-bab tersebut akan menguraikan aspek-aspek tertentu dari proses komunikasi instruksional . Banyak bab menyarankan cara-cara di mana guru dapat membangun dan memelihara hubungan baik komunikasi yang efektif dan afektif yang memaksimalkan kesempatan siswa mereka untuk mencapai keberhasilan yang optimal dalam lingkungan pembelajaran.

BAB II
BERKOMUNIKASI DENGAN

TUJUAN INSTRUKSIONAL

 Tujuan :

1 . Menyediakan definisi dari komponen pesan dari ICM . Berikan contoh dari afektif , perilaku , dan pesan kognitif . Juga , menjelaskan kapan dan bagaimana menggunakan tujuan instruksional

2 . Menyediakan definisi tujuan instruksional . Diskusikan mengapa sistem ingin IOS untuk digunakan oleh guru .

3 . Mengidentifikasi hasil enam kelas yang mungkin timbul dari menggunakan tujuan instruksional .

               Sangat penting bahwa guru dapat berkomunikasi tujuan instruksional mereka untuk siswa mereka . Jika Anda adalah anggota dari American Automobile Association ( AAA ) , Anda tahu agennya dapat sangat membantu dalam perencanaan untuk perjalanan .
Mengapa Beberapa Guru Membenci Tujuan

                 Beberapa guru membenci tujuan instruksional karena mereka mekanistik . Setelah diajarkan bahwa tujuan yang tepat mengandung komponen tertentu , yang harus dinyatakan dalam istilah perilaku , mereka menemukan tugas menulis mereka latihan dalam pasak persegi pas ke dalam lubang bulat dan cepat meninggalkan mereka . Beberapa guru tidak menyukai tujuan instruksional karena mereka terbiasa bermain sesuatu dengan telinga dan pikiran untuk melakukan perencanaan jangka panjang membuat mereka gugup . Nilai dari Tujuan

                 Tujuan memiliki nilai informatif dan komunikatif bagi guru , siswa , administrator , orang tua , dan masyarakat pada umumnya . Tujuan merupakan langkah penting untuk dapat berkomunikasi dengan jelas dan meyakinkan orang-orang di luar sekolah yang menuntut pertanggungjawaban atas apa yang terjadi di dalam dinding kelas . Tidak hanya mereka sarana berkomunikasi tujuan , mereka cenderung untuk meningkatkan pencapaian tujuan tersebut. Tujuan instruksional dapat - dan harus - termasuk kognitif yang diinginkan , afektif , dan hasil belajar psikomotor . Tujuan pembelajaran kognitif psikomotorik dan tingkat yang lebih rendah ( yang memerlukan pengetahuan atau pemahaman ) biasanya yang paling mudah untuk menulis karena perilaku dan standar untuk evaluasi.

BAB III
STRATEGI KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL

            Mempekerjakan berbagai strategi pembelajaran menarik bagi berbagai gaya belajar dan cenderung untuk menjaga guru dan siswa dari menjadi biasa-biasa saja . Kebanyakan guru cukup sadar ada banyak strategi yang tersedia untuk dipertimbangkan ketika memutuskan bagaimana merancang sebuah unit instruksi . Kebanyakan guru juga menyadari keuntungan dari berbagai strategi ; jika , dalam prakteknya , mereka menunjukkan preferensi berat untuk satu pendekatan tertentu , preferensi yang mungkin hasil dari keyakinan keunggulannya atau kurangnya pengalaman dalam menggunakan pendekatan lain .
            Guru sebagai Pembicara , Ketika kita berpikir tentang mengajar sebagai metode pengajaran , kita sering berpikir pertama kelas kuliah kami di mana kita mungkin pernah mengalami kuliah sebagai " alat untuk mendapatkan catatan dari notebook dari profesor untuk notebook siswa tanpa melalui kepala baik " ( Walker dan Scott , 1962, p . 113 ) . Kuliah adalah sangat efisien penggunaan waktu instruksional . Pada sisi negatifnya, kuliah tidak seefektif metode lain dalam mendorong tingkat yang lebih tinggi belajar ( aplikasi , analisis , sintesis , evaluasi ) , atau dalam mengembangkan keterampilan psikomotor . Siswa cenderung pasif dan , menurut berbagai penelitian , perhatian mereka sering berkurang dalam 15 sampai 25 menit dan retensi mereka dalam waktu sekitar delapan minggu .

BAB IV
KEBUTUHAN KOMUNIKASI , MEMPENGARUHI , DAN SISWA

Tujuan :

1 Daftar . Dan membahas peran komunikasi / fungsi dari jumlah siswa / penerima dalam proses komunikasi instruksional .

2 . Meninjau beberapa kebutuhan akademik siswa . Meninjau beberapa kebutuhan yang " melampaui akademik . "

3 . Mampu menjelaskan dan memberikan contoh Maslow Hirarki Kebutuhan dan CIA .

4 . Diskusikan hasil pertemuan kebutuhan siswa terhadap perilaku belajar dan ruang kelas .

              Untuk meningkatkan komunikasi , kita harus memenuhi kebutuhan siswa . Untuk memenuhi kebutuhan siswa , kita harus menggunakan komunikasi yang efektif dan afektif . Ketika kebutuhan siswa tidak terpenuhi , masalah timbul . Siswa berkomunikasi dengan instruktur mereka untuk memenuhi kebutuhan akademik , personal , dan interpersonal tertentu . Dalam bab ini , kita akan membahas secara singkat kebutuhan akademis dasar siswa . Kemudian kita akan membahas dua model kebutuhan interpersonal yang tradisional , yang sering ditemukan dalam literatur . Kebutuhan Akademik Dasar Mahasiswa.Jika kita mengambil sebuah jajak pendapat dari kebutuhan akademik dasar siswa di kelas yang khas di setiap sekolah di negeri ini , banyak kebutuhan yang tercantum masih akan memiliki keunggulan antarpribadi atau pribadi untuk mereka.


                                   BAB VIII
INSTRUKSIONAL PENILAIAN

KRITIK, PENILAIAN, DAN MEMPENGARUHI


Tujuan :

1. Tinjau pentingnya / fungsi umpan balik di dalam kelas.

2. Bedakan antara umpan balik formatif dan sumatif dan memberikan contoh masing-masing.

3. Menyediakan dua pedoman untuk memberi dan dua pedoman untuk menerima umpan.
Penilaian pembelajaran adalah proses yang mencakup berbagai kegiatan dan keputusan. Ini mencakup baik umpan balik deskriptif dan menghakimi dari guru kepada siswa, serta dari siswa untuk guru.

Mendefinisikan Proses Penilaian                 Penaksiran

                 Penilaian merupakan istilah umum yang mengacu pada seluruh proses pengumpulan informasi dan membuat penilaian tentang hasil pembelajaran. Ini membantu guru memutuskan apa yang bekerja dan apa yang tidak.
Pengukuran
Pengukuran mengacu pada keputusan tentang bagaimana pencapaian tujuan akan dioperasionalkan atau diukur. Pengujian adalah salah satu jenis pengukuran, dan biasanya mengacu pada kesempatan siswa untuk menanggapi serangkaian pertanyaan yang sama dalam kondisi yang terkendali. Evaluatif Feedback


Dasar untuk Evaluasi


         Ada dua dasar umum untuk mengevaluasi belajar siswa: evaluasi norma-referenced dan evaluasi kriteria-direferensikan. Evaluasi Norm-referenced sangat akrab sebagai "kurva berbentuk lonceng.
Mengkomunikasikan Putusan

Keputusan kedua guru harus membuat adalah bagaimana mengkomunikasikan penilaian mereka kepada siswa. Kita harus memberikan informasi lebih kepada siswa tentang kinerja mereka dari sekedar nilai mereka. Kohn (1986a) mencatat bahwa cara paling sederhana untuk memahami mengapa persaingan tidak mempromosikan keunggulan karena mencoba untuk melakukannya dengan baik dan berusaha untuk mengalahkan orang lain adalah dua hal yang berbeda. Bekerja sama dengan siswa lain sangat bermanfaat bagi siswa rendah dan menengah-kemampuan, tetapi para siswa berkemampuan tinggi juga bisa mendapatkan keuntungan. Studi interpersonal / efek relasional kompetisi telah menunjukkan bahwa anak-anak dalam situasi kompetitif mengalami perasaan lebih iri daripada yang ada di lingkungan koperasi. Sebuah studi dari siswa kelas pertama menemukan bahwa siswa dinilai tinggi dalam daya saing dengan guru mereka menyatakan kurang empati untuk anak-anak yang sama-usia yang digambarkan seperti senang, sedih, marah, atau takut. Kohn (1987) mengamati bahwa gagasan bahwa anak-anak harus bersaing di sekolah sehingga mereka terbiasa dengan kehilangan didasarkan pada asumsi yang sangat cacat yang merampas anak-anak adalah cara terbaik untuk mempersiapkan mereka untuk guncangan kasar kehidupan.